Buat Kamu yang Belum Pernah Depresi

Hello warm hearts, Selamat pagi, siang, atau malam tergantung jam berapa anda membaca post ini.

Di sini aku bakal sharing tentang depresi yang pernah aku rasakan sehingga mungkin kamu bisa setidaknya melihat depresi dari sisi yang berbeda. Tapi, kalau kamu gak kuat baca nya, gak papa, abaikan aja post ini.

Di sini aku bukan survival yang berhasil selamat dari suicide, tapi yes, aku pernah terpikirkan untuk suicide tapi masih sebatas pikiran, di sini aku juga bukan anak psikologi, aku hanyalah anak pertanian yang mempunyai pengalaman.

Pertama-tama juga, aku ingin menulis tentang ini setelah melihat meninggalnya Jonghyun oppa , You did well oppa, and you know, you’re so loved oppa. Deep condolences for the SHINee members, Family, Friends, and Shawols.

Ok kita mulai ya ceritanya,

Aku mengalami depresi sekitar 3 tahun yang lalu. Waktu mau masuk Universitas. Dari semua PTN yang aku ikuti tesnya, 80% aku ditolak. Tapi aku gak bakal bahas itu nya, tapi aku akan bahas tentang depresinya.

Mungkin orang yang baca ini hal yang pertama dipikirannya adalah “Alahh kamu kan gak sendirian Ul, masih banyak yang sama-sama ditolak” yes… I know that, dan aku udah mendengar kata itu SERIBU kali sampe apal banget kata-katanya.

Bagaimana kalau ditambah, setelah ditolak, aku melihat post temen-temen aku di Instagram, facebook yang isinya mereka sudah diterima di univ yang mereka inginkan? “Alhamdulillah, akhirnya keterima di PTN A” “Akhirnyaaa keterima di PTN B”, dalam hati aku bertanya, Aku kapan ya kaya mereka?

Selain itu, aku juga sering banget ditanyain “Aul, akhirnya kamu kuliah di mana?” kalau ketemu sama yang lain. Aku sampe jago banget jawabnya “Doain aja yang terbaik”. Jujur itu juga buat aku down sebenernya, tapi karena udah kebal, bahkan sampe tau jawabannya yang pantes apa, ya udah cukup tutup kuping aja.

Ditambah lagi, aku mulai merasa dikucilkan dari lingkungan aku karena aku gak diterima-terima. Aku merasa aku gak berharga, aku merasa aku gak berguna, aku udah gak tau lagi masa depan aku kaya gimana. Aku mulai kehilangan semangat hidup

Aku pernah ngobrolin ini dengan seseorang, “Apa aku suicide aja ya?” Yang malah diketawain sama orang itu dan dibilang lebay. Yeah I agree with you, it’s really not helping at all.

Pada dasarnya aku gak mau suicide, aku hanya ingin menghilangkan sakit dan beban yang aku rasain aja

Waktu aku kepikiran suicide yang aku pikirin itu keluarga akhirnya aku mengurungkan niat itu.

Aku struggling sendirian. Berusaha mencari semangat hidup di antara tekanan yang ada. Aku mengalami itu kurang lebih sekitar dua bulan nonstop. Itu dua bulan yang seriously berat banget buat aku.

Setiap malam aku sholat tahajud, setiap siangnya aku sholat dhuha. Aku berdoa, doa ku cuman satu, tempatkan aku di tempat yang terbaik.

Sampai akhirnya aku udah gak pake mikir lagi tentang gimana risikonya, aku memilih downgrading, mengganti semua pilihan fakultas tujuan aku di dua tes terakhir, Di situ, aku sebelum ujian gak belajar sama sekali, waktu istirahat yang lain pada latihan, buka buku, aku malah jalan-jalan sambil berkomentar “wahh sekolahnya bagus” ini bukan becandaa, ini serius aku bilang begitu. Udah pasrah banget aku.

Alhamdulillah nya Allah menjawab doa aku, aku keterima di Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsoed, dan Fakultas Pertanian Unsoed. Tapi karena hatiku berteriak untuk memilih Faperta akhirnya aku memilih Faperta. Tiga tahun berlalu, dan sekarang aku sedang berjuang lagi untuk lulus. Doakan aku yahhh.

Tapi, yang aku pelajarin dari depresi aku waktu itu adalah, dibalik hujan pasti ada pelangi. Hanya seberapa lama hujan itu, dan seberapa kuat aku diguyur hujan itu.

Ini juga yang penting, dan… seberapa aku kepikiran untuk ya udah main aja di bawah hujan itu atau kalau lagi males hujan-hujanan ya ngambil payung dan menunggu hujan itu selesai.

Hujan itu pasti selesai, hanya aku perlu menunggunya.

Aku cuman perlu tidur, bangun, terus tidur lagi, bangun lagi. Itu yang aku lakuin waktu aku bener-bener udah gak punya tujuan hidup waktu itu.

Ini bukan hidup aku yang jelek, tapi harinya aja yang lagi jelek, atau bulannya yang lagi jelek, atau tahunnya yang lagi jelek. Aku cuman butuh bertahan sampai hujan itu selesai.

Setelah diterima di Unsoed, ternyata banyak yang melihat kemampuan aku. Terutama dalam video editing dan menulis blog. Ternyata aku berguna, ternyata aku dicintai, TERNYATA AKU BERHARGA. Allah memang tau tempat yang terbaik buat aku.

Dari masalah waktu itu juga, aku belajar untuk tidak menganggap remeh masalah orang lain. Karena mungkin sebagian dari kalian yang membaca cerita aku di atas, Berpikir aku terlalu lebay menghadapi masalah itu, tapi kenyataannya gak sesimple itu juga. Mungkin kalau udah ngelewatinnya, akan jadi masalah yang kecil tapi kalau waktu ngelewatinnya, serius, itu berat banget.

Setiap orang mempunyai limitnya masing-masing dalam menahan beban masalah. Mungkin iya limit aku lebih kecil daripada kamu. Tapi gak papa, karena mungkin adalah masalah kamu yang kamu anggap berat tapi ternyata enteng di mata aku, yah..sekali lagi, tiap orang mempunyai limitnya masing-masing dalam menghadapi suatu masalah.

Jadi serius deh, jangan menganggap remeh masalah orang lain, kamu hanya perlu nemenin dia , jangan biarkan dia sendirian lama-lama, jadilah pendengar yang baik.

Terakhir, please jangan nge-judge orang sembarangan, karena depresi berawal dari bagaimana tekanan lingkungan ke dia. Boleh marahin dia, evaluasi dia, tapi jangan lupa juga untuk memberikan dia APRESIASI atas apa yang udah dia perbuat. Sebatas “You did well” it’s enough. Kamu aja pengen kan diapresiasi? Apa mau kamu dievaluasi terus?

Kalau kamu gak bisa mengapresiasi, lebih baik kamu diam.



p.s. Aku disini tidak membenarkan depresi dan suicide, tapi aku hanya memberi gambaran apa yang dirasakan orang depresi dan mungkin bisa jadi masukan untuk menghadapi orang depresi. Aku tidak ingin kehilangan nyawa yang begitu banyak disayangi lagi. Aku juga mematikan comment untuk post ini. Aku hanya ingin sharing, dan aku tidak sedang ingin melihat komentar kalian. Terima kasih

Postingan Populer